PERKAWINAN ADAT FLORES MANGGAGARAI

Nama : Lorensius Jefri Damar
Nim   : 243300020024

UNIVERSITAS MPU TANTULAR
Dosen Pengampuh : Serepina Tiur Maida, S.Sos.M.Pd.,



Perkawinan Adat Manggarai, merupakan salah satu suku di Flores, Nusa Tenggara Timur, dan memiliki ciri khas dan nilai-nilai budaya yang mendalam aatu simbolis.  Adat perkawinan Manggarai sangat memperhatikan hubungan antar keluarga besar, dan simbol-simbol yang melambangkan ikatan antara kedua belah pihak, baik keluarga sesar laki-laki atau keluarga besar perempuan serta masnyarakat.
Berikut adalah penjelasan mengenai perkawinan serta beberapa proses penting dan  masalah yang terkait dalam perkawinan adat Manggarai.

1. PROSES PERTEMUAN( PENCARIAN PASANGAN ), LAMARAN( BADA ATAU NGGURU )

    Pada awalnya, proses pertemuan biasanya dimulai dengan pencarian calon pasangan. pencarian pasangan hidup bisa dimulai melalui pertemuan informal antar keluarga atau melalui kenalan-kenalan yang ada dalam komunitas. Keluarga besar memainkan peranan yang sangat penting dalam hal ini, karena dalam adat Manggarai, pasangan hidup tidak hanya melibatkan dua individu, tetapi juga dua keluarga besar.

Setelah ada kesepakatan atau kedekatan antara kedua pihak, tahap selanjutnya adalah proses lamaran, yang dalam adat Manggarai disebut dengan "bada" atau "ngguru". Lamaran ini merupakan pertemuan resmi antara keluarga pihak pria dan keluarga pihak wanita. untuk menyatakan niat baik dari pihak laki-laki untuk menikahi perempuan tersebut. Pihak laki-laki serta keluarga besar akan membawa hadia berupa, Ayam, Beras, dan sejumlah uang. Pertemuan ini akan membahas untuk langka selanjutnya serta belis atau mahar yang harus di bawah dan mencari hari atau waktu yang tepat untuk melaksanakan hari pernikahan Adat tersebut

2. PROSESI ADAT(NEMPUNG)

  Setelah lamaran diterima dan mas kawin disepakati, tahap berikutnya adalah  Upacara adat  Nempung singkatnya adalah puncak pengukuhan dalam perkawinan adat masyarakat Manggarai. Dalam upacara Nempung,  terdapat gagasan tentang kesatuan antara jasmani dan spiritual. Mempelai dan keluarga besar mewakili aspek jasmani, sedangkan para leluhur mewakili aspek spiritual. Upacara nempung juga mempertegas  pengakuan atas perkawinan sebagai institusi sosial yang bermartabat. Artinya, ketika upacara Nempung diadakan, maka secara legal-sosial, perkawinan itu diakui.

3. PESTA PERNIKAHAN DAN TRADISI SYUKURAN

    Pesta pernikahan dan tradisi syukuran Setelah upacara inti, biasanya ada pesta atau syukuran yang melibatkan Toko Adat dan masyarakat. Pesta ini bukan hanya untuk merayakan perkawinan, tetapi juga untuk mempererat hubungan sosial antar kedua keluarga besar mempelai pengantin dan anggota masyarakat. Semua anggota keluarga, teman, dan masyarakat akan hadir untuk memberikan doa dan dukungan kepada pasangan yang baru menikah.

4. PENYERAHAN ( MBARU / PODO)

    Setelah pernikahan selesai, keluarga perempuan mengantarkan pengantin wanita ke kampung laki-laki. Ini menandakan bahwa pengantin wanita berpindah ke rumah suami dan menjadi bagian dari keluarga laki-laki.
Mbaru menunjukkan bahwa pengantin perempuan sekarang sah menjadi bagian dari keluarga laki-laki. Ini juga mencerminkan perpindahan sosial, di mana perempuan meninggalkan rumah orang tua-nya dan bergabung dengan keluarga suami. Langkah ini juga Mengingatkan bahwa keluarga laki-laki bertanggung jawab untuk menerima dan merawat pengantin wanita dengan baik dan Supaya para leluhur juga menetahui kalau ada pendatang baru di sebua kampung tersebut dan memperkuat hubungan antara kedua keluarga dan menunjukkan bahwa mereka telah terjalin dengan baik. Hal ini juga mencerminkan perubahan status sosial bagi pengantin wanita.

5. Walupum perkawinan Adat Manggarai sangat bermakna dan simbolis, Akan tetapi permasalahan atau perselisian itu selalu ada. 
Permasalahan perkawinan adat Manggarai mencakup beberapa hal penting:
- Pemilihan pasangan:Pemilihan pasangan yang dipengaruhi oleh keluarga dan masyarakat,                      kadang menyebabkan konflik jika ada ketidaksesuaian status sosial atau latar belakang.
- Keluarga laki-laki sering kesulitan menyediakan mahar atau di sebut belis yang sesuai dengan            harapan adat, yang dapat menunda pernikahan. 
Pengaruh globalisasi dan pendidikan menyebabkan sebagian generasi muda merasa adat terlalu             berat atau ketinggalan zaman, yang membuat mereka cenderung mengurangi atau mengubah                   beberapa aspek tradisi agar lebih sesuai dengan kehidupan modern.


     Perkawinan adat Manggarai merupakan sebuah proses yang melibatkan dua keluarga besar, dengan nilai-nilai budaya yang mendalam dan simbolis. Proses dimulai dengan pencarian pasangan dan lamaran (bada atau ngguru), dilanjutkan dengan upacara adat "Nempung" sebagai puncak pengukuhan perkawinan, serta diakhiri dengan pesta pernikahan dan tradisi syukuran. Setelah itu, ada pula prosesi "Mbaru" atau "Podo" di mana pengantin wanita berpindah ke rumah suami, menandakan perubahan status sosial.
Namun, meskipun penuh makna, terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaan perkawinan adat Manggarai, seperti pemilihan pasangan yang dipengaruhi oleh keluarga dan masyarakat, kesulitan ekonomi dalam menyediakan mahar atau belis, serta pengaruh modernisasi yang membuat sebagian generasi muda merasa adat tersebut terlalu berat dan perlu disesuaikan dengan kehidupan modern.


Sumber: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah



        

Komentar

  1. Terimakabsih atas informasinya bangda

    BalasHapus
  2. Mantap kak 👍 biar adat istiadat tdk dilupakan diera modern sekarang 🙏

    BalasHapus
  3. Luar biasa penjelasan yg sangat ditail hingga sangat berguna bagi orang luar sehingga mereka tau adat istiadat orang Flores & penjelansan ini sangat bermanfaat bagi para kaum muda lebih kusus anak Flores Manggarai yg masih belum tauh adat istiadat Manggarai, sukses selalu abang👍👍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL

EVOLUASI CIRI-CIRI BIOLOGIS